Sudah banyak sungai di Klaten yang disulap dari semula kumuh menjadi bersih/foto: bowo |
KLATEN - Menjaga lingkungan dan mengembalikan fungsi sungai terus dikebut oleh anak-anak muda di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng). Melalui Program Sekolah Sungai yang didirikan, anak-anak muda itu giat mengajak masyarakat untuk sadar akan pentingnya menjaga kelestarian sungai sebagai awal mula peradaban manusia.
Sudah banyak sungai di Klaten yang disulap dari yang semula kumuh menjadi bersih. Karena begitu bersih dan jernihnya air yang ada, mampu menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Terbaru, rombongan turis asing asal Amerika Serikat menikmati sensasi tubbing, sebuah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan ban bekas di sungai Pusur, Polanharjo, Klaten. Dengan riang, mereka menyatu dengan alam sambil ciblon di sungai yang berair jernih tersebut.
"Sungai Pusur itu hulunya ada di Boyolali, melewati Klaten sebelah timur sampai Bengawan Solo. Di penggal Desa Polanharjo, ada komunitas yang mengajak masyarakat untuk memanfaatkan potensi sungai dijadikan obyek wisata. Dan ternyata memiliki daya tarik yang bagus sehingga banyak turis asing berdatangan," kata Pegiat Sekolah Sungai Klaten, Arif Fuad Hidayah, Kamis (10/1/2019).
Arif menerangkan, awalnya sungai Pusur dipenuhi dengan sampah dan limbah rumah tangga dari masyarakat. Dengan sosialisasi teman-teman Sekolah Sungai, masyarakat mulai sadar dan berusaha mengembalikan keasrian sungai itu.
"Ternyata, upaya itu memiliki dampak besar dalam rangka peningkatan ekonomi kreatif masyarakat. Sekarang banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara berdatangan untuk menikmati susur sungai di Pusur itu," terangnya.
Karakter sungai yang memiliki batu-batu cukup besar dengan arus cukup kuat, air jernih dan lingkungan yang asri menjadi daya tarik tersendiri. Kemudian, potensi itu dikelola oleh komunitas dan masyarakat sekitar sebagai daya tarik wisatawan.
Sekitar dua kilometer panjang sungai, lanjut Arif, yang dikelola untuk wisata tubbing. Satu peserta biasanya ditarik biaya Rp55.000 hingga Rp60.000 untuk menikmati susur sungai yang memakan waktu sekitar 45 menit tersebut.
"Sekali lagi, ini bukti bahwa jika sungai dikelola dengan baik maka akan ngrejekeni (mendatangkan rezeki). Selain itu, tentunya dapat menghindarkan masyarakat dari bencana, menyediakan air bersih hingga membangun peradaban yang tinggi," tukasnya.
Arif pun berharap, keberhasilan-keberhasilan pengelolaan sungai di Klaten ini dapat menjadi inspirasi daerah lain untuk mengelola sungainya. Meski tidak semua dapat dijadikan obyek wisata, namun kegiatan bersih-bersih sungai memiliki banyak manfaat bagi masyarakat.
"Minimal bisa membuat anak-anak kita senang mandi di kali, karena saat ini sudah jarang ada sungai dijadikan tempat bermain anak-anak karena dipenuhi sampah. Dampak besar lainnya adalah, jika sungai bersih maka masyarakat akan terhindar dari berbagai macam bencana," bebernya.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengapresiasi langkah anak-anak muda di Klaten yang bergerak pada komunitas Sekolah Sungai. Selain dapat mengembalikan fungsi sungai, kegiatan anak-anak muda itu terbukti mampu menumbuhkan ekonomi kreatif di masyarakat.
"Saya bangga betul karena dengan adanya Sekolah Sungai di Klaten ini, Jateng menjadi pelopor kongres sungai Indonesia. Banyak daerah di Indonesia yang belajar dari Jawa Tengah," kata dia.
Dengan adanya kepedulian dari masyarakat mengenai sungai, maka dampaknya akan mengurangi sampah yang ada di sungai-sungai. Hal itu tentu dapat menanggulangi bencana banjir dan kekeringan, karena sungai dapat berfungsi dengan baik.
"Sungai tidak boleh lagi jadi halaman belakang, sungai harus jadi teras, muka, yang selalu dirawat, dibersihkan dan kemudian dibanggakan karena mampu mengangkat ekonomi masyarakat," tutupnya.
(*)