Salah satu spot foto yang menjadi magnet kalangan muda datang ke wisata alam Waduk Jatibarang Semarang/foto: marni |
SEMARANG - Menjadi salah satu destinasi wisata terpadu di Ibu Kota Jawa Tengah, Waduk Jatibarang kian memesona dan memikat wisatawan dari berbagai daerah. Tak hanya menawarkan keindahan alam, waduk dengan daya tampung 20,4 juta meter kubik ini, juga menyajikan wisata budaya asli daerah.
Memasuki waduk yang berlokasi di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati ini, mata pengunjung akan dimanjakan oleh keindahan alam perbukitan nan hijau membentang di sekeliling waduk. Jembatan gantung penghubung dua bukit di atas waduk menambah cantik salah satu objek wisata andalan Kota Semarang.
Tidak kalah menarik, ketika melintasi gerbang masuk waduk, pengunjung disambut oleh pasukan kera penghuni Goa Kreo yang berada di sisi atas waduk. Kelincahan tingkah polah ratusan kera yang berkeliaran bebas di kawasan waduk, membuat pengunjung betah berlama-lama melancong di Waduk Jatibarang.
Sembari duduk santai di bawah rindang pepohonan, pengunjung bisa bercengkrama atau menyaksikan tingkah polah monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang bergelayutan di ranting pohon atau kelucuan hewan yang diyakini masyarakat sekitar sebagai "penjaga" kawasan Goa Kreo menggoda pengunjung, terutama yang membawa makanan.
"Kami sengaja datang dari Jepara ke Semarang untuk berkunjung ke Waduk Jatibarang. Pemandangannya ternyata sangat indah, apalagi ada banyak monyet berkeliaran, bahkan duduk-duduk bareng kami di bangku ini," ujar Samsudin (60) salah seorang pengunjung Waduk Jatibarang, Jumat (11/1/2014).
Samsudin datang bersama sekitar 10 kerabatnya ke waduk yang memiliki fungsi utama sebagai pengendali banjir di Kota Semarang itu. Dengan membayar tiket masuk Rp 4.500 per orang, Samsudin sekeluarga mengaku senang dan puas berkunjung di Waduk Jatibarang.
"Di sini suasanya sejuk. Monyet-monyetnya juga tidak galak, kami kasih kacang satu bungkus mereka langsung berkerumun dan saling berebut. Kelucuan tingkah mereka rebutan makanan bikin anak-anak senang," terangnya.
Bagi penghobi swafoto, jangan khawatir tidak bisa menyalurkan hobinya. Waduk yang resmi beroperasi pada Hari Air Dunia ke-23 atau tepatnya 11 Mei 2015 silam ini, memiliki spot swafoto keren yang banyak diburu dan digandrungi wisatawan, terutama muda mudi yang ingin foto bergaya dengan latar belakang unik dan menarik.
Spot foto instagenik buatan dan dikelola oleh warga sekitar waduk itu, menjadi magnet wisatawan kalangan muda. Tidak hanya berfoto bak di atas kumpalan awan di angkasa, mereka dapat memilih spot lain seperti spot bunga mekar, salju, hingga balon udara yang membumbung di atas lembah, dan spot tematik lain.
"Saya melihat spot-spot foto di atas awan di Waduk Jatibarang sangat menarik. Saya penasaran dan datang ke sini bersama teman-teman, ternyata bebar-benar menarik. Kami ketagihan dan kapan-kapan akan ke sini lagi," terang Wawan, salah seorang penghobi swafoto.
Selain wisata alam dan spot foto, wisata budaya yang dilestarikan warga di kawasan berbukitan ini juga tidak kalah memikat. Salah satunya tradisi Sesaji Rewanda yang digelar warga Kelurahan Kandri setiap Syawal atau hari ketiga Hari Raya Idul Fitri.
Ritual Sesaji Rewanda diawali dengan arak-arak mengusung empat gunungan berisi beragam hasil bumi, seperti buah-buahan dan sayuran. Gunungan tersebut diarak warga dengan riasan dan kostum monyet berwarna merah, putih, dan hitam bersama sejumlah penari. Tidak ketinggalan pula replika batang kayu jati yang konon diambil oleh Sunan Kalijaga.
"Tradisi arak-arakan gunungan di bulan Syawal ini merupakan napak tilas Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati di sekitar Goa Kreo. Tradisi ini telah turun-temurun digelar oleh warga, setelah diarak, gunungan buah-buahan diberikan kepada monyet-monyet penghuni Goa Kreo," beber salah seorang warga Kandri, Ratih.
(*)