Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menghadiri tradisi budaya bobok bumbung di Cilacap/foto: istimewa |
Kirab Bobok Bumbung ini telah berjalan lima kali berturut-turut sebagai hasil rembugan antara Kepala Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap dengan para sesepuh warga setempat. Dalam praktiknya, warga diberi tahu beberapa bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) diserahkan. Alhasil warga langsung menabung di selongsong bambu (bobok bumbung) dan ketika SPT diberikan, warga siap membayar.
Yang unik, pembayaran dilakukan dengan prosesi kirab keliling kampung menuju balai desa setempat. Karto Mulyono salah satunya, dia bersama ribuan tetangganya, Senin (4/3/2019) berduyun-duyun menyerahkan pembayaran pajak setelah menabung di bobok bumbung selama tiga bulan.
"Tidak pasti menabungnya, dari dua ribu sampai lima ribu. Saya membayar sebesar Rp44 ribu. Tetangga ya seperti itu. Karena kami semua senang, bayar pajak dan kumpul bareng tetangga, guyub," katanya.
Desa yang luas wilayahnya mencapai 153 ha tersebut terdiri dari dua dusun, 4 RW dan 12 RT. Dengan jumlah penduduk sebanyak 4.720 jiwa dan 1.329 kepala keluarga, sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani dan pedagang.
Kepala Desa Pesanggrahan, Sarjo mengatakan, pembayaran pajak seperti itu merupakan tradisi warisan leluhur. "Nguri-uri warisane simbah anak-putu Desa Pesanggrahan. Para warga ke balai desa setor pajak dengan tersenyum, dengan bahagia. Lha ini yang tidak ada di tempat lain di Indonesia. Ini ketaatan warga Pesanggrahan ke pemerintah," ujarnya.
Karena menjalankan tradisi warisan leluhur, seluruh warga Pesanggrahan pun tidak merasa keberatan membayar pajak. Mereka kompak membayar pajak pada hari yang sama, yakni usai SPT diserahkan. Bahkan setiap tahun pembayaran pajak, PBB desa Pesanggrahan terus mengalami peningkatan.
"Tahun kemarin, penerimaan PBB hanya Rp40 juta. Tahun ini meningkat sekitar 80 persen menjadi Rp70 juta dari 2.056 wajib pajak. Ini tradisi patokannya orang Cilacap, kami tidak akan menggeser-geser. Semoga desa lain mengikuti, anak-putu Pesanggrahan yang kompak ya," bebernya.
Menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, tradisi yang ada di desa tersebut merupakan peristiwa budaya yang sangat langka. Dia belum pernah menemukan pembayaran pajak serempak seluruh warga desa yang dipadu dengan kebudayaan dan kesenian. Perpaduan budaya dan penerapan kegiatan pemerintahan tersebut, menurutnya sebagai satu-satunya cara pembayaran pajak unik di Indonesia.
"Saya kemarin dikasih tahu, Pak Gubernur berkenan hadir atau tidak? Acaranya bobok bumbung. Kalau saya kecil itu (bobok bumbung) jadi celengan (tempat menabung). Tidak ada di manapun, hanya di Cilacap. Yang penting ada kesadaran membayar pajak dengan tertawa, senang. Pemimpinnya suka dengan rakyat, rakyat juga mencintai pemimpinnya. Kalau biasanya hanya membayar ke kantor, ini ditambah dengan upacara, bareng-bareng sedesa," paparnya.
Karena keguyuban dan keunikan itu, Ganjar lantas menyinggung soal penerapan budaya sebagai panglima dalam kehidupan bernegara. Karena penerapan politik dan perekonomian sebagai panglima dalam kehidupan bernegara, belum membuahkan hasil yang membanggakan.
"Ini cara, budaya, adat yang panjenengan miliki. Sebenarnya Indonesia lahir itu politik sebagai panglima, orde baru ekonomi jadi panglima. Reformasi, politik jadi panglima. Maka seniman, romo kiai bilang, budaya sebagai panglima. Kalau budaya sebagai panglima maka masyarakat yang keseniannya, budayanya ternyata bisa dimasukkan ke kegiatan pemerintahan. Contohnya bayar pajak ini. Satu jam lunas," ungkapnya. (*)