Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya saat menjawab pertanyaan wartawan/foto: info kabinet |
“Pak Presiden bilang lebih penting adalah kita menjaga melindungi kehidupan rakyat kita. Jadi kalau kita mau tolerir berapa-berapa tidak ada toleransi,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menjawab wartawan usai mengikuti Rapat Terbatas tentang Sampah dan Limbah Impor, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat (Jabar), Selasa (27/8) siang.
Menteri LHK mengungkapkan, sudah lebih dari 400 kontainer sampah dan limbah yang direekspor, dan masih ada antara 1262 – 1380 kontainer yang harus diperiksa. Kalau hasil pemeriksaan menunjukkan tidak benar, artinya ada tumpangan limbah dan sampah, menurut Menteri LHK harus di reekspor.
“Musti dilihat ya, persoalannya bukan kita tidak mau impor scrap plastik atau scrap kertas. Persoalannya adalah scrap plastik dan scrap kertas ini ditumpangi oleh sampah dan limbah. Macam-macam sampahnya ada bekas infus, ada Pampers, ada bekas ampul suntik obat sampai aki bekas dan lain-lain,” ungkap Menteri LHK.
Impor scrap yang ditumpangi itu, lanjut Menteri LHK, datangnya dari negara maju gitu, Ada dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, dHongkong dan lain-lain. Untuk itu, Menteri LHK berjanji akan bekonsultasi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu).
Menurut Menteri LHK Siti Nurbaya itulah yang sekarang yang kita sedang selesaikan oleh pemerintah. Arahan teknisnya nanti ada seperti memperbaiki sistem pemeriksaannya, sistem survei nya di lapangan, di negara asal dan di sumbernya jangan di pelabuhan. Kemudian juga didorong untuk pemanfaatan bahan baku dalam negeri.
“Jadi memang apa ya paradoksi antara kebutuhan bahan baku dan kita menjaga lingkungan ataupun hal-hal yang terkait dengan di masyarakat itu tadi kita coba selesaikan,” terang Menteri LHK. (sumber setkab)