Peta wilayah Kecamatan Banyumanik Kota Semarang/foto: doc istimewa |
Lalu di tengah perjalan itu, istri Ki Ageng Pandaran melihat dari kejauhan daun-daun talas yang berkilauan yang menarik perhatiannya dan berhenti sejenak sambil bertanya kepada Ki Ageng Pandanaran “Lihatlah di sana begitu banyak manik-manik di atas daun-daun talas itu, sungguh kayanya daerah ini,” katanya dalam bahasa jawa.
Menjawab hal itu, Ki Ageng pun berkata, “Jangan salah dinda, itu hanyalah air (jawa: banyu) tetesan embun pagi di atas daun-daun talas yang terkena cahaya matahari pagi.”
Istri Ki Ageng pun termangu. “Oh jadi manik-manik itu hanya air? Ya sudahlah, kalau sampai “rejoning zaman”, daerah ini akan dinamakan Banyumanik.
Begitulah konon cerita yang beredar tentang asal muasal nama Banyumanik yang kini menjadi salah satu kecamatan yang padat penduduk di Kota Semarang.
Kini sejumlah perguruan tinggi (Universitas Pandanaran dan Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Departemen Kesehatan RI.), perumahan, cafe, restaurant, sekolah, pusat berbelanjaan, dan masih banyak lainnya hadir di Banyumanik melengkapi kebutuhan penduduk yang bertempat tinggal disana.
Keadaan ini jauh berbeda dari beberapa tahun sebelumnya, Banyumanik masih cenderung sepi dan kurang diminati oleh sebagian orang karena lokasi dan letaknya yang berjauhan dari kota.
Namun para investor melihat itu sebagai hal lain, kondisi lingkungan sehat, udara segar, kemacetan parah jarang sekali terjadi di Banyumanik, membuat banyak investor berlomba berinvestasi baik dalam bentuk badan usaha, tanah, maupun rumah di Banyumanik dan menyusul industri-industri lain yang berkembang di Banyumanik dan menjadikan Banyumanik berkembang cepat menjadi seperti saat ini.(*)