DZIKIR Malam 11an Ismul A’dzom Wirdul Muntaha yang berpusat di Pesantren Pesulukan Al-Linglung (eling dan minta tulung kepada Allah SWT), yang akan di gelar Sabtu malam Ahad, 23 Januari 2021, pukul 19.30 WIB di Perumahan Griya Paoman Asri Jln.Kemang No.3-4 Blok D/4 RT 03 RW 06 Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu Jawa Barat, Kode Pos 45211.
Bagi para Ikhwan ‘Asho Sulthon panggilan para pesuluk di Pesantren Pesulukan Al-Linglung, merupakan ajang mendekatkan diri kepada Allah dan bersholawat kepada Rasulullah serta meraih barokah, baik berupa pahala kebaikan, sekaligus untuk muhasabah diri dan membuang sampah jiwa/batin/akal/pikiran karena sekian lama bergelut mengejar dunia.
Kanjeng Abah KH Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji pengasuh Ponpes Al-Linglung, di dalam dirinya mengalir darah Wali Songo, yakni Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati, dan Waliyullah Madura yang sangat terkenal sebagai guru besar yang banyak di ziarahi oleh orang se- nusantara.
Dan juga dikenal dengan dakwahnya yang sederhana, nyeleneh, nyentrik gayanya, antic dan suka memakai sarung dan baju soang dan tidak biasa dalam dakwahnya menggunakan metode Dzikir Ismul A'dzom Wirdul Muntaha, dan Sholawat Sulthonil Adzim serta Sholawat Asy-Syaadztaaji. Selain materi yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
Beliau juga dikenal banyak menolong orang yang kesusahan karena masalah kehidupan sehari-hari dan menjadi tempat curhat, meminta nasehat dari masyarakat yang sedang tertimpa musibah serta pelayanan pengobatan Ilahiah orang-orang yang mendapatkan masalah penyakit, terror makhluk ghaib/jin/syetan (Menetralkan tempat angker, kerajaan jin, demit melepaskan korban tumbal pesugihan, sihir/santet/pellet dan lainnya).
_Pengobatan Ilahiah bisa diliat di channel youtube sirrul muntaha._
Ia jauh dari kesan jaim seorang ulama besar atau kyai dihadapan jama’ahnya. Namun kesederhanaanya sebagai seorang kyai tak kalah dengan ulama-lama lainnya ditanah air ini.
Majelis Dzikir Malam 11an Ismul A’dzom Wirdul Muntaha, yang mengikuti Syech Abdul Qadir Jailani, Syekh. Baha’udin Naqsyabandy, Syekh Abu Khasan Asy-Syaadzily, dibawah bimbingan Kanjeng Abah KH Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji, adalah salah satu bentuk ibadah melalui majelis dzikir yang berusaha mengantarkan jama’ahnya untuk mengenal, akrab, sampai menumbuhkan rasa cinta kepada Allah.
Antusiasme masyarakat dengan adanya majelis dzikir tersebut begitu besar.
Akan tetapi, di Pesantren Pesulukan Al-Linglung, pelaksanaan pengikut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan para waliyullah, serta bentuk tabaruk ini diperingati dengan pembacaan apa yang disebut Wiridul Muntaha.
Penulis mengetahui hal ini setelah mendengar penuturan Kanjeng Abah KH Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji cucu Syaikhona KH Sirajul Munir Madura Bangkalan.
Adapun bacaan dzikirnya pada majelis ini yaitu, membaca Ismul A'dzom dan sholawat dan _"Bilbarakah walkaramah syeikh Abdul Qadir waliyullah bi syafaat Nabi Muhammad bi idznillah waridlallahi, ya Allah …. innaka ‘ala kulli syaiin qadir…. Taqdi haajatina…. Alfatihah._
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ
يَا هَادِي، يَا عَلِيْمٌ، يَا خَبٍيْرٌ، يَا عَالِي، يَا مُبِيْنٌ
Kanjeng Abah KH. Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji berdarah Madura asli ini juga memberikan arahan kepada para jama’ah, jika para jama’ah ingin mendapat cinta Allah maka dia harus mengamalkan Al Qur’an, dzikiran-dzikiran ismul a’dzom, sholawat naby dan mencintai menghormati para guru kekasih Allah SWT.
Selain berdzikir penuh kekhusyukan, hal yang sangat perlu dilakukan oleh jama’ah menurut Kanjeng Abah KH. Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji adalah menyinergikan antara nilai ketauhidan dengan rasa kemanusiaan.
Selain harus bertawakkal kepada Allah Kanjeng Abah KH Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji mengarahkan para jama’ah untuk mempunyai sikap kasih sayang kepada sesama ciptaan-Nya, jangan mudah melihat rendah/hina kepada ciptaan yang lain dan menjaga akhlaqul karimah.
Karenanya, ada tiga nilai yang tidak pernah luput diajarkan oleh Kanjeng Abah KH Tasbih Jati Madurajeh Asy-Syaadz Taaji, yakni nilai tauhid, nilai humanis, dan nilai cinta. Ketiganya dikenal sebagai 'Segitiga Cinta'. Saling membentuk dan saling berkaitan, dan tidak boleh hilang satupun.
Dzikir malam 11an Ismul A’dzom Wirdul Muntaha mampu membuat hati seorang hamba semakin kokoh dan condong kepada Allah dan mencintai Rasulullah SAW.
Namun, seorang hamba tersebut perlu untuk memurnikan niat dan tujuan mengingat-Nya dan mengenal Allah sebaik-baiknya. Dengan kedekatan itu muncullah nilai tauhid dalam aplikasi bertawakkal, bahwa segala urusan yang akan dan telah terjadi adalah milik-Nya, tidak bisa satu makhlukpun yang bisa menghalangi kehendak Gusti Allah SWT.
Acara dzikir ini terbuka untuk umum, siapapun boleh hadir dan wajib mengikuti aturan pemerintah Protokol Kesehatan Covid-19.
Fokus pada nilai tauhid ini harus dibarengi dengan nilai humanis, sebab ia harus menyadari tentang realitas kehidupan dunia dihadapannya.
Setelah mampu menumbuhkan rasa humanisnya, seorang hamba juga harus menyertai nilai-nilai tersebut dengan nilai cinta. Cinta yang dimaksud adalah rasa tulus yang ditumbuhkan dalam hatinya.
Seorang hamba harus meyakini bahwa apa yang ia lakukan semata sebagai wujud cinta kepada Allah semata, bukan karena pamrih, bukan karena kepentingan, bukan karena ingin dikenal dan dipilih, dan hanya mengharap balasan cinta dari-Nya yaitu Allah azza wajallah Tidak dari mana pun.
Beribadah adalah cara seorang hamba mengenal Tuhan-Nya. Beribadah juga merupakan bentuk ketaatan sebagai wujud cinta seorang hamba.
Bentuk ibadah pun bermacam-macam, tidak terbatas pada shalat saja. Berdzikir mengingat nama Allah dan merenungi kekuasaan-Nya pun, termasuk bagian dari ibadah.
Hanya saja, yang membedakan keseluruhan ibadah, adalah berkualitas tidaknya sebuah ibadah tersebut. Bisa sedikit kita ukur dari niat dan tujuan yang hendak dicapai.
Seseorang yang beribadah murni hanya kepada Tuhan-Nya, tidak mendambakan balasan apapun dalam ibadahnya selain ganjaran berupa balasan akan rasa cinta dari Tuhan-Nya.
Jika sudah tumbuh ketiga nilai itu, dan mampu menyelaraskan maka kehidupan seorang hamba akan terasa seimbang dan hari-harinya akan selalu diwarnai rasa cinta, damai, kebahagiaan, dan kesejukan.
Jika rasa cinta akan ketulusan ini sudah terbangun dengan ajeg maka akan sulit melihat apapun dengan pandangan kebencian.
Karena Dzikir Ismul A’dzom /Sholawat yang sudah didawamkan menjaga kesucian relung batin dan ruhaninya, sehingga out put-nya pun juga demikian, penuh cinta dan ketulusan.
Seorang hamba yang kehidupannya penuh cinta inilah yang kemudian mengantarkan seorang hamba tersebut dibalas cintanya dan di penuhi segala kebutuhan, kebaikan dan kebahagiaanya oleh Allah SWT. (M Aksan/*)