Mas Akur/foto: Uripto GD
Laporan: Uripto GD
Kegigihan dan kemandirian seseorang dalam berkarier dan berusaha khususnya manusia normal saja kadang mampu menginspirasi kita semua untuk lebih semangat dan berusaha dalam menggapai cita cita.
Apalagi bila kita lihat sosok remaja penyandang distabilitas seperti mas Akur warga Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang, tepatnya sekitar jalan Ahmad Yani selatan.
Akur, remaja yang lahir pada tanggal 27 Februari 2000 ini sudah sejak kecil menyandang distabilitas pada kedua kakinya sehingga tidak bisa berjalan normal.
Bagi masyarakat Pemalang dan sekitarnya, khususnya bagi yang sering lewat baik di seputar jalan Ahmad Yani atau jalan Pemuda serta kawasan Sirandu mungkin tidak asing melihat sosok remaja yang satu ini bersama kursi rodanya yang semakin sulit di gerakan.
Pengguna jalan banyak yang melihat, namun seakan luput dari perhatian kita semua.
Penulis sendiri sudah saling mengenal dengan mas Akur sejak lama namun baru kali ini berkesempatan untuk berbincang walau hanya 15 menit.
Dari hasil wawancara yang cukup singkat penulis cukup tercengang mendengar penuturan mas Akur dan hal ini sangat luar biasa, bisa menjadi inspirasi untuk warga masyarakat Pemalang, bahkan untuk seluruh dunia.
Mengapa demikian, karena sosok Akur ini sangat tinggi dari sisi jiwa kemandirianya. Bayangkan saja, walau terpapar terik matahari dan guyuran air hujan ia terima dengan penuh rasa syukur, tidak mengeluh, tidak memelas, tidak cengeng dan juga tidak meminta belas kasihan dari orang lain.
Akur tetap secara konstan menjajakan dagangannya berjalan terseok seok dengan kursi rodanya yang sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi tempat duduk dan bersandarnya dalam menjalani kehidupannya.
Akur tidak mengemis dan menjadi peminta minta walaupun harus hidup seorang diri dengan tempat tinggal nge-kos di rumah kos kosan yang katanya milik seorang dokter.
Akur dengan ketegaran jiwanya yang penuh semangat tetap menjajakan dagangannya yaitu Pulsa HP, Pulsa Listrik, Kuota, Aksesoris HP, Masker dan Sarung tangan.
Kadang ia harus teriak teriak menggunakan mickropon untuk menjajakan dagangan supaya lebih terdengar sembari tangan satunya dengan susah payah menggerakkan kursi rodanya yang kini sudah semakin rusak termakan usia.
Akur mengatakan, usaha yang ia jalani sudah lebih dari 7 tahun. "Saya memang penyandang distabilitas, tapi saya tidak ingin memelas dan meminta minta belas kasihan dari orang lain, dengan berdagang keliling di pinggiran jalan seperti ini saya syukuri saja, kalau ada yang beli dagangan saya ya saya layani dengan baik, kadang ada yang ikhlas memberi ya saya terima," tuturnya.
Disinggung tentang kursi rodanya yang kini semakin sulit di gerakan, Akur menjawab, kursi roda ini sudah lebih dari sepuluh tahun, dulu mudah di gerakan tapi sekarang semakin sulit. kursi roda ini beda dengan kursi roda yang ada di rumah sakit.
"Ini bentuknya lain, saya sudah pernah mengajukan permintaan ke Dinas Sosial tapi barangnya belum ada, kalau yang saya pakai ini dulu dari Jogyakarta, ya syukur syukur pihak Dinas Sosial Kabupaten Pemalang menyediakan kursi roda baru seperti yang saya pakai," katanya penuh harap.
Dari beberapa ungkapan, sosok Akur yang begitu semangat dan kegigihanya dalam menjalani kehidupan sebetulnya ingin membuka mata dan telinga kita semua yang di berikan jasmani normal, namun tidak berjiwa mandiri malah selalu mengharapkan bantuan bantuan dari orang lain maupun bantuan dari pemerintah.
"Semoga slamet sehat waras, ning ojo klalen sholate yo pak," pesannya sebelum mengakhiri perbincangan dengan awak media.(penulis adalah jurnalis senior pemalang)