Gus Ali, Pengasuh Pondok Pesantren As Saifi Pancasila Sakti Desa Lebakgowah Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal/foto: istimewa
SLAWI (ranahpesisir.com)- Gus Ali, Pengasuh Pondok Pesantren As Saifi Pancasila Sakti Desa Lebakgowah Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal mengutip pernyataan KH Said Agil Siradj serukan warga Nahdlatul Ulama (NU) kembali ke pesantren.
Seperti diketahui, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj pernah menyampaikan: "Tanpa pesantren, NU hanya akan tinggal nama. Saatnya NU kembali ke Pesantren."
Menurutnya, perhatian NU yang selama ini terkuras ke dunia politik harus diarahkan kembali pada basisnya di pesantren. Kembali ke pesantren bukan berarti kembali mondok, tapi kembali pada pola dan cara berpikir pesantren, cara hidup pesantren, cara pandang pesantren.
Dan ini sudah barang tentu sangat dikuasai oleh mereka yang pernah nyantri. Sejak masih di pesantren sudah digembleng menerapkan pola dan cara berfikir, cara hidup, dan cara pandang ala pesantren.
Untuk kembali ke pesantren, lanjut Kiai Said, mau tidak mau NU harus mengurangi aktivitas yang terkait persoalan politik, terutama politik praktis.
"Jangan sampai NU digunakan sebagai alat berpolitik atau bahkan ditumpangi politik. Na'udzubillah," kata Gus Ali, menirukan pesan KH Said Agil Siradj.
NU pernah mengalami masa kejayaan saat dipimpin oleh santri pesantren. Apa jadinya jika NU dipimpin oleh orang yang tidak pernah nyantri, atau bahkan ditumpangi politik?
Mungkinkah kita diakui santrinya hadrotus syaikh jika kita khidmah di NU namun berjalan diluar rel? Atau justru kita sudah merasa benar dan merasa diakaui sebagai santri walaupun sejatinya belum tentu benar?
Gus Ali kembali mengingatkan pesan KH Said Agil Siradj bahwa menuju 1 Abad NU, mari bersama kita besarkan NU melalui pesantren. Saatnya kembali ke pesantren seperti apa yang dilakukan mbah hasyim dan para pendiri NU lainnya dulu.
"Teruntuk para pendiri NU, para pendiri pesantren, dan para kiai pesantren yang saat ini terus berjuang mengkader para santri, Ya Allah mudahkanlah semua urusannya. Al Fatihah," (*)